Kinerja Kredit Perbankan
Tahun Nilai Persentase NPL
2012 Rp63,5 T 27,2% 3,30%
2013 Rp75,6T 21,4% 3,23%
2014 Rp85,9 T 13,6% 2,60 %
2015 Rp94,5 T 9,9 % 1,82%
2016 Rp101,94 T 9,4 % 2,75
Sumber : Bank Indonesia/Kajian
Ekonomi Regional Sumsel
Bisnis
perbankan di Sumatera Selatan saat ini memang masih menjanjikan,
namun jika dirunut selama enam tahun terakhir tren pertumbuhan bisnis
perbankan terus merosot.
PALEMBANG, RP -
Jika ditarik benang merah tahun 2012 lalu, penetrasi pertumbuhan
kinerja perbankan sangat pesat. Bahkan. untuk penyaluran kredit harus
dilakukan pengereman karena pertumbuhan dinilai terlampau tinggi.
Bank Indonesia yang kala itu masih menjadi pengawas tunggal bisnis
perbankan, meminta perbankan untuk menahan penyaluran kredit agar
tidak terjadi bubble atau pertumbuhan terlalu tinggi. Sebab, tahun
2012 lalu pertumbuhan kredit mendekati angka 25 persen.
Namun siapa yang
menyangka, laju pertumbuhan bisnis perbankan yang melambung harus
terjerembab. Melambatnya pertumbuhan ekonomi terus menggerus
pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan perbankan. Bahkan,
puncaknya tahun lalu pertumbuhan bisnis bank untuk sektor kredit
nyaris menyentuh satu digit. Tentu ini secara tidak langsung menjai
lampu peringatan bagi perbankan.
Banyak kalangan
menilai, melambatnya pertumbuhan kredit yang dikucurkan perbankan
karena melemahnya dunia usaha, sehingga serapan kredit korporasi
tidak terlalu bagus. Hampir semua bank saat ini menggantungkan
potensi kredit ke sektor Small Medium Enterprise (SMA), termasuk
sektor UMKM.
Mantan Kepala
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hamid
Ponco Wibowo yang sejak Jumat lalu (17/2) berpindah tugas ke BI
Semarang mengatakan, sebetulnya secara umum tren kredit yang
disalurkan perbankan masih cukup bagus. Namun memang dari sisi
pertumbuhan terus merosot setiap tahun, ini karena kondisi ekonomi
yang membuat sektor jasa usaha mengerem pinjaman ke bank.
“Meski sektor
kredit pertumbuhan turun dari tahun ke tahun. Sebetulnya yang perlu
diwaspadai adalah pertumbuhan dana pihak ketiga, tahun lalu
pertumbuhannya sangat kecil, praktis perbankan hanya bertumpu pada
dana pemerintah yang ditransfer ke daerah baik untuk APBD atau untuk
proyek di Sumsel,” jelas dia.
Dari data Bank
Indonesia yang dikutip Radar Palembang tahun 2012 lalu, penyaluran
kredit banyak bertumpu kesektor korporasi. Hal ini terbukti dengan
tingginya serapan kredit modal kerja atau kredit untuk lapangan usaha
yang mengalami pertumbuhan hampir 101 persen dibandingkan dengan
thaun 2011. Total serapan kreditnya mencapai Rp43 triliun. Namun
kondisi berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2016 lalu.
Tentu bank saat
ini perbankan harus lebih selektif dan gencar lagi menggenjot
penyaluran kredit, sebab selain sebagai stimulus untuk merangsang
pertumbuhan ekonomi, kredit merupakan salah satu indikator bank untuk
mendapatkan laba.
Kepala Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan yang baru Rudy
Hairudin di sela acara serah terima jabatan Kepala BI Jumat lalu
mengatakan, dirinya belum terlalu paham mengenai gambaran bisnis
perbankan di Sumsel. Namun secara nasional kata dia tren laju
penyaluran kredit memang terus turun. Kondisi ini bukan saja terjadi
di Sumsel namun di semua daerah.
“Tentu ini perlu
solusi, jangan sampai kredit perbankan malah minus. Saya akan mencoba
mengajak semua perbankan untuk meningkatkan lagi koordinasi. Saya
akan melakukan konsilidasi bersama pimpinan perbankan untuk mencari
solusi dari permasalahan perbankan,” katanya.
Kepala BCA Kantor
Wilayah VI Palembang Daniel Hendarto menilai, perlamabatan
pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan memang karena faktor
ekonomi. Kredit koorporasi jauh melambat, praktis perbankan khususnya
BCA banyak mengandalkan kredit ritel, otomotif dan properti.
“Bagi kami yang
perlu menjadi perhatian bukan saja soal volume kredit, namun menjaga
kualitas kredit jauh lebih penting. Sebab percuma jika kredit tinggi
namun rasio kredit bermasalah juga membebani,” katanya.
Direktur Utama
Bank Sumsel Babel Muhammad Adil mengatakan, tahun lalu kinerja BSB
masih cukup positif. Hal ini tergambar dari perningkatan kredit BSB
yang masih tumbuh dua digit. “Gambaran pastinya akan terlihat
ketika kami menggelar RUPS nanti, namun yang pasti kredit BSB tumbuh,
ya masih bisa menyentuh 2 digit. Fokus kami ke depan adalah menjaga
kualitas kredit agar tidak membebani kinerja,” tutupnya.
Kuliner Alternatif Penggerak Ekonomi
Sektor kuliner dinilai bisa
menjadi alternatif penggerak perekonomian Sumatera Selatan, seiring
tingginya potensi yang bisa dikembangkan dari sektor tersebut. Deputi
Gubernur Bank Indonesia, Rusmaya Hadi mengatakan, pemerintah daerah
perlu concern terhadap sektor kuliner untuk perbaikan ekonomi
Sumsel. “Masih ada ruang perbaikan ekonomi Sumsel, yaitu kuliner.
Bahkan Sumsel bisa jadi saingan Jawa Barat dalam memanfaatkan sektor
kuliner,” katanya, akhir pekan lalu.
Menurut dia,
Sumsel memiliki jenis kuliner khas yang hanya dimiliki provinsi itu
sehingga bisa jadi daya tarik dalam industri tersebut. “Ada pempek,
tekwan dan makanan khas lain yang enak oleh karena itu usaha kuliner
khas tersebut perlu ditingkatkan lagi,” katanya..
Bank sentral
sendiri, berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM di daerah,
termasuk pula untuk sektor kuliner. Berdasarkan catatan Badan Pusat
Statistik (BPS) Sumsel, pertumbuhan bisnis kuliner telah mencapai
10,14% pada 2016. Namun demikian, memang kontribusi kuliner
terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB) provinsi Itu
tergolong rendah, yakin 1,38persen.
Dikatakan Rusmaya,
selama ini struktur perekonomian Sumsel masih ditopang sektor
pertambangan sebesar 21 persen, kemudian dilanjutkan sektor pertanian
sebesar 19 persen. "Harus diakui Sumsel merupakan provinsi kedua
terbesar yang memiliki cadangan batubara. Oleh karena itu
pertambangan masih berperan besar terhadap perekonomian provinsi
ini," katanya.
Sumsel perlahan
harus melepaskan ketergantungan terhadap sektor usaha yang
mengandalkan sumber daya alam. Selain dengan hilirisasi, juga mencari
potensi usaha lain, salah satunya kuliner.
Apalagi, provinsi
itu akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 mendampingi DKI Jakarta.
"Sumsel perlu memperkuat branding sebagai penyelenggara event
yang hebat supaya nanti kalau ada agenda internasional, provinsi ini
masuk jadi pilihan lokasi," katanya.
Sementara itu,
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Rudi Khairudin, masih
belum mau berbicara banyak menyangkut program kerja ke depan hingga
potensi yang dapat dikembangkan di Sumsel. “Untuk tahap awal saya
akan melakukan mapping, sehingga mengetahui permasalahan apa
saja yang ada, dengan bersinergi dengan pihak terkait untuk membangun
ekonomi Sumsel ini lebih baik ke depan,” katanya.
Sinergi yang
dilakukan, masih akan melihat kondisi perbankan yang ada di Sumsel,
sehingga nantinya bisa dilakukan penyusunan program ke depan.
“Penghimpunan dana maupun penyaluran yang masih belum ideal
nantinya akan dilakukan sinergi dengan perbankan,” katanya.
(iam/tma)