Terus turunnya harga minyak dunia sejak awal tahun 2015, dan kini berlangsung lagi pasca terjadinya Kesepakatan Iran, beberapa waktu lalu, membawa keuntungan bagi negara berkembang. Asalkan, didukung oleh pertumbuhan global yang kuat.
PALEMBANG, RP - Hal tersebut diungkapkan Pakar Ekonomi Universitas Sriwijaya, Prof Didiek Susetyo, kemarin. Menurutnya, harga minyak yang rendah diperkirakan bertahan pada 2015. Arus pemasukan akan berpindah dari negara pengekspor minyak ke negara pengimpor minyak secara signifikan.
Bagi sebagian negara pengimpor minyak, melemahnya harga minyak akan berkontribusi dan memberikan dampak pada pertumbuhan, pengurangan efek inflasi, dan tekanan fiskal serta eksternal.
“Untuk pembuat kebijakan di negara-negara pengimpor minyak yang masih berkembang, jatuhnya harga minyak memberi kesempatan untuk mengambil kebijakan fiskal dan melakukan reformasi struktural serta program sosial," kata dia.
Namun, pelemahan harga minyak tersebut dapat memberikan tantangan signifikan bagi negara-negara penghasil minyak. Yang secara terbalik justru terpengaruh oleh indikasi pertumbuhan yang lemah dan tekanan fiskal serta eksternal. “Bagi negara pengekspor minyak, harga minyak yang rendah justru mengingatkan kelemahan ekonomi suatu negara yang terlalu bertumpu pada satu faktor dan pentingnya upaya untuk melakukan diversifikasi dalam jangka menengah dan panjang,” jelasnya.
Dikatakan dia, penurunan harga minyak diakibatkan oleh banyak faktor yang saling terkait. Termasuk kenaikan mendadak dari suplai minyak, penurunan permintaan, berkurangnya risiko geopolitik di beberapa daerah, perubahan kebijakan oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), dan penguatan dolar AS. “ Meskipun belum diketahui seberapa kuat faktor-faktor tersebut bisa mengubah keadaan, tapi perihal kenaikan suplai lebih mendominasi dari berbagai alasan tersebut,” ungkapnya.
Lebih jauh dikatakanya, apabila harga minyak bertahan rendah, investasi pada eksplorasi baru atau pembangunan bisa berkurang. “ Ini berisiko besar bagi negara-negara berpendapatan rendah, atau terhadap praktek investasi yang tidak konvensional seperti "shale oil", "tar sands" dan lapangan pengeboran minyak di laut dalam,” jelasnya.
Konsumsi Solar Rendah
Sementara itu, pasca hari raya Idul Fitri 1436 H, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) mulai kembali merangkak normal. Hanya saja, khusus konsumsi bahan bakar jenis solar hingga kini diketahui masih berada dibawah rata-rata normal.
Pengelola SPBU di Jalan MP Mangkunegara, Uzir Morizon mengatakan, memasuki H + 6 lebaran, permintaan bahan bakar sudah mulai berangsur normal, dimana sebelumnya permintaan saat lebaran sempat meningkat hingga 20 persen.
Untuk premium konsumsi rata – rata perhari mencapai 25.000 KL, dan Pertamax 1500 KL. “ Sementara untuk solar masih rendah sekitar 9.000 KL per hari. Hal ini ditegarai masih banyak kendaraan perusahaan yang berbahan bakar solar belum beroperasi,” kata dia, kemarin.
Senada, Kepala SPBU 21.304.04 Plaju, Yudha Perdana mengatakan, permintaan rata-rata BBM sejauh ini sudah kembali normal. Lonjakan permintaan BBM mengalami pucak permintaan pada saat malam menjelang lebaran. Kini, konsumsi premium berkisar 42.000 KL saat lebaran sempat ditambah hingga 8.000 KL, pertamax 4.000 KL, pertamax RON 92 3500 KL. Pertamax plus 700 liter, pertamina dex 1200 KL. “ Khusus solar masih belum beranjak di kisaran 8.000 KL per hari. Penggunanya pun masih didominasi kendaraan pribadi,” kata dia.
Terpisah, Senior Supervisor External Relation PT Pertamina MOR II, Alicia Irzanova mengatakan, konsumsi bahan bakar jenis solar masih berada 0,9 persen dibawah normalnya 1.300 KL per hari. “ Jika dibandingkan tahun lalu pun jumlah ini lebih rendah,” kata dia.
Sementara saat masa lebaran, konsumsi premium berada 1,7 persen di atas konsumsi normal. “Rendahnya konsumsi solar sejauh ini diakibatkan banyaknya industri dan perusahaan yang belum beroperasi pasca libur lebaran,” jelasnya.
Diprediksi konsumsi akan kembali normal pada Senin (27/7) mendatang. Menurutnya, Pertamina berkomitmen untuk terus melakukan penyaluran BBM sesuai kebutuhan ril dilapangan terutama untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. (tma)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar