Selasa, 21 Februari 2017

Pertumbuhan Kredit Terus Merosot, Bank Harus Berbenah

Kinerja Kredit Perbankan

Tahun Nilai Persentase NPL
2012 Rp63,5 T 27,2% 3,30%
2013 Rp75,6T 21,4% 3,23%
2014 Rp85,9 T 13,6% 2,60 %
2015 Rp94,5 T 9,9 % 1,82%
2016 Rp101,94 T 9,4 % 2,75
Sumber : Bank Indonesia/Kajian Ekonomi Regional Sumsel


Bisnis perbankan di Sumatera Selatan saat ini memang masih menjanjikan, namun jika dirunut selama enam tahun terakhir tren pertumbuhan bisnis perbankan terus merosot.
PALEMBANG, RP - Jika ditarik benang merah tahun 2012 lalu, penetrasi pertumbuhan kinerja perbankan sangat pesat. Bahkan. untuk penyaluran kredit harus dilakukan pengereman karena pertumbuhan dinilai terlampau tinggi. Bank Indonesia yang kala itu masih menjadi pengawas tunggal bisnis perbankan, meminta perbankan untuk menahan penyaluran kredit agar tidak terjadi bubble atau pertumbuhan terlalu tinggi. Sebab, tahun 2012 lalu pertumbuhan kredit mendekati angka 25 persen.
Namun siapa yang menyangka, laju pertumbuhan bisnis perbankan yang melambung harus terjerembab. Melambatnya pertumbuhan ekonomi terus menggerus pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan perbankan. Bahkan, puncaknya tahun lalu pertumbuhan bisnis bank untuk sektor kredit nyaris menyentuh satu digit. Tentu ini secara tidak langsung menjai lampu peringatan bagi perbankan.
Banyak kalangan menilai, melambatnya pertumbuhan kredit yang dikucurkan perbankan karena melemahnya dunia usaha, sehingga serapan kredit korporasi tidak terlalu bagus. Hampir semua bank saat ini menggantungkan potensi kredit ke sektor Small Medium Enterprise (SMA), termasuk sektor UMKM.
Mantan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Hamid Ponco Wibowo yang sejak Jumat lalu (17/2) berpindah tugas ke BI Semarang mengatakan, sebetulnya secara umum tren kredit yang disalurkan perbankan masih cukup bagus. Namun memang dari sisi pertumbuhan terus merosot setiap tahun, ini karena kondisi ekonomi yang membuat sektor jasa usaha mengerem pinjaman ke bank.
“Meski sektor kredit pertumbuhan turun dari tahun ke tahun. Sebetulnya yang perlu diwaspadai adalah pertumbuhan dana pihak ketiga, tahun lalu pertumbuhannya sangat kecil, praktis perbankan hanya bertumpu pada dana pemerintah yang ditransfer ke daerah baik untuk APBD atau untuk proyek di Sumsel,” jelas dia.
Dari data Bank Indonesia yang dikutip Radar Palembang tahun 2012 lalu, penyaluran kredit banyak bertumpu kesektor korporasi. Hal ini terbukti dengan tingginya serapan kredit modal kerja atau kredit untuk lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan hampir 101 persen dibandingkan dengan thaun 2011. Total serapan kreditnya mencapai Rp43 triliun. Namun kondisi berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2016 lalu.
Tentu bank saat ini perbankan harus lebih selektif dan gencar lagi menggenjot penyaluran kredit, sebab selain sebagai stimulus untuk merangsang pertumbuhan ekonomi, kredit merupakan salah satu indikator bank untuk mendapatkan laba.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan yang baru Rudy Hairudin di sela acara serah terima jabatan Kepala BI Jumat lalu mengatakan, dirinya belum terlalu paham mengenai gambaran bisnis perbankan di Sumsel. Namun secara nasional kata dia tren laju penyaluran kredit memang terus turun. Kondisi ini bukan saja terjadi di Sumsel namun di semua daerah.
“Tentu ini perlu solusi, jangan sampai kredit perbankan malah minus. Saya akan mencoba mengajak semua perbankan untuk meningkatkan lagi koordinasi. Saya akan melakukan konsilidasi bersama pimpinan perbankan untuk mencari solusi dari permasalahan perbankan,” katanya.
Kepala BCA Kantor Wilayah VI Palembang Daniel Hendarto menilai, perlamabatan pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan memang karena faktor ekonomi. Kredit koorporasi jauh melambat, praktis perbankan khususnya BCA banyak mengandalkan kredit ritel, otomotif dan properti.
“Bagi kami yang perlu menjadi perhatian bukan saja soal volume kredit, namun menjaga kualitas kredit jauh lebih penting. Sebab percuma jika kredit tinggi namun rasio kredit bermasalah juga membebani,” katanya.
Direktur Utama Bank Sumsel Babel Muhammad Adil mengatakan, tahun lalu kinerja BSB masih cukup positif. Hal ini tergambar dari perningkatan kredit BSB yang masih tumbuh dua digit. “Gambaran pastinya akan terlihat ketika kami menggelar RUPS nanti, namun yang pasti kredit BSB tumbuh, ya masih bisa menyentuh 2 digit. Fokus kami ke depan adalah menjaga kualitas kredit agar tidak membebani kinerja,” tutupnya.
Kuliner Alternatif Penggerak Ekonomi
Sektor kuliner dinilai bisa menjadi alternatif penggerak perekonomian Sumatera Selatan, seiring tingginya potensi yang bisa dikembangkan dari sektor tersebut. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rusmaya Hadi mengatakan, pemerintah daerah perlu concern terhadap sektor kuliner untuk perbaikan ekonomi Sumsel. “Masih ada ruang perbaikan ekonomi Sumsel, yaitu kuliner. Bahkan Sumsel bisa jadi saingan Jawa Barat dalam memanfaatkan sektor kuliner,” katanya, akhir pekan lalu.
Menurut dia, Sumsel memiliki jenis kuliner khas yang hanya dimiliki provinsi itu sehingga bisa jadi daya tarik dalam industri tersebut. “Ada pempek, tekwan dan makanan khas lain yang enak oleh karena itu usaha kuliner khas tersebut perlu ditingkatkan lagi,” katanya..
Bank sentral sendiri, berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM di daerah, termasuk pula untuk sektor kuliner. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, pertumbuhan bisnis kuliner telah mencapai 10,14% pada 2016. Namun demikian, memang kontribusi kuliner terhadap pendapatan domestik regional bruto (PDRB) provinsi Itu tergolong rendah, yakin 1,38persen.
Dikatakan Rusmaya, selama ini struktur perekonomian Sumsel masih ditopang sektor pertambangan sebesar 21 persen, kemudian dilanjutkan sektor pertanian sebesar 19 persen. "Harus diakui Sumsel merupakan provinsi kedua terbesar yang memiliki cadangan batubara. Oleh karena itu pertambangan masih berperan besar terhadap perekonomian provinsi ini," katanya.
Sumsel perlahan harus melepaskan ketergantungan terhadap sektor usaha yang mengandalkan sumber daya alam. Selain dengan hilirisasi, juga mencari potensi usaha lain, salah satunya kuliner.
Apalagi, provinsi itu akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 mendampingi DKI Jakarta. "Sumsel perlu memperkuat branding sebagai penyelenggara event yang hebat supaya nanti kalau ada agenda internasional, provinsi ini masuk jadi pilihan lokasi," katanya.
Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumsel, Rudi Khairudin, masih belum mau berbicara banyak menyangkut program kerja ke depan hingga potensi yang dapat dikembangkan di Sumsel. “Untuk tahap awal saya akan melakukan mapping, sehingga mengetahui permasalahan apa saja yang ada, dengan bersinergi dengan pihak terkait untuk membangun ekonomi Sumsel ini lebih baik ke depan,” katanya.
Sinergi yang dilakukan, masih akan melihat kondisi perbankan yang ada di Sumsel, sehingga nantinya bisa dilakukan penyusunan program ke depan. “Penghimpunan dana maupun penyaluran yang masih belum ideal nantinya akan dilakukan sinergi dengan perbankan,” katanya. (iam/tma)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar