Penulis : Ilham - PALEMBANG
Industri
perbankan
kini memasuki era baru. Bisnis perbankan masih tumbuh pesat di saat
ekonomi masyarakat meredup, bank diharapkan mampu menjadi perusahaan
yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat kecil di pedesaan.
Regulator perbankan mulai merancang program yang bisa memudahkan
masyarakat mengakses, meski berada jauh dari perkantoran bank.
Alternatif
yang diberikan melalui sistem agensi. Salah satu bentuk kemudahan
yang diberikan bank adalah mendekatkan layanan perbankan kepada
masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan usaha kecil, mulai dari
tukang sayur, pengusaha kecil, warung kelontong, dan manisan sebagai
agen bank.
Transaksi-transaksi
kecil yang rutin dilakukan masyarakat setiap bulan bisa dilakukan
langsung di tempat. Di Sumsel sudah ada beberapa perbankan yang aktif
menggandeng pengusaha kecil sebagai mitra agen, bank BUMN hingga bank
swasta bergerilya mencari pengusaha kecil yang sudah bankable untuk
dibina dan direkrut menjadi agen.
Di
Desa Muara Dua, Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, merupakan
satu desa yang berada hampir 35 km meter dari pusat Kota Palembang
yang menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Selatan. Desa ini terletak di
sepanjang aliran Sungai Ogan yang menyambung dengan induk Sungai
Musi. Mayoritas masyarakat menggantungkan hidup dari hasil alam
berupa persawahan tadah hujan, setiap tahun masyarakat bercocok tanam
dari situlah bisa menghidupi keluarga setiap tahun.
Meski
jaraknya cukup jauh dari pusat kota dan hanya menghasilkan beras dan
sedikit ikan setiap tahun. Namun mayoritas masyarakat sudah kenal
dengan bank, baik untuk fasilitas simpanan maupun sebagai tempat
untuk pijaman modal usaha. Secara global Kecamatan Pemulutan yang
memiliki 25 desa, belum ada satubank pun yang membuka layanan kantor
di sini, praktis jika ada masyarakat yang membutuhkan layanan
perbankan harus pergi jauh ke kota walau hanya ingin melakukan
transaksi kecil semisal pembayaran rekening listrik.
Baru
pada akhir 2014, Bank Bukopin yang merupakan bank swasta yang
memiliki jaringan cukup luas di pusat kota memberanikan dini untuk
melebarkan layanan melalui perekrutan agen. Ibarat perjudiah, Bukopin
awalnya melakukan coba-coba merekrut agen, sebab di desa Muara Dua
ada satu nasabah Bukopin yang cukup loyal dan memiliki usaha warung
manisan.
Ahmad
Qori (42), warga Desa Muara Dua yang sejak 15 tahun terakhir memiliki
usaha warung manisan. Semua kebutuhan rumah tangga yang berkaitan
dengan kebutuhan dapur tersedia di warung ini. Hal inilah yang
membuat Bukopin tertantang untuk menjadikannya agen. Salah satu
indikator awal mengapa ia berani menjadi agen Bank Bukopin karena
semua masyarakat di desa itu sudah terpasang jaringan listrik,
artinya setiap bulan mereka harus membayar rekening listrik. Sebelum
dirinya menjadi agen bank, masyarakat harus membayar listrik ke Kota
Palembang.
Dalam
pondok kecil yang berukuran 4x6 meter semua janis dagangan terpasang
rapi mengisi setiap sudut ruangan, makan kecil, kebutuhan rumah
tangga, perelatan listrik hingga rokok dan minuman dijual diwarung
ini. Meski banyak warung manisan di Desa ini, yang membedakan warung
Ahmad Qiri dimeja tempat pembayaran terpasang mesin ATM Mini bermerek
Bank Bukopin. Mesin kecil yang berukuran tidak lebih dari telapak
tangan orang dewasan ini rupanya bisa melayani semua kebutuhan
masyarakat yang berkaitan dengan bank. Mulai dari pembayaran,
pengisian token listrik, pengisian pulsa, setor tabungan hingga
transfer ke rekening lain.
Menurut
Ahmad Qori, mesin kecil yang terpasang di meja pembayaran itulah yang
menjadikannya agen sebagai kepangjangan tangan dari Bank Bukopin.
Dengan mesin kecil itu dia dan istrinya bisa melayani kebutuhan
masyarakat yang berkaitan dengan bank, apalagi dirinya sudah
mengkoneksikan mesin ATM mini itu dengan sambungan komputer jadi bisa
langsung melakukan transasi secara online dan real
time.
“Saya
sudah menjadi nasabah Bank Bukopin hampir lima tahun terakhir, dan
sejak dua tahun sudah menjadi agen. Tahap awal baru pembayaran
rekening listrik yang menjadi transaksi rutin dilakukan masyaralkat,
ada juga pengisian token bagi pengguna listrik prabayar. Sementara
untuk transaksi lain tidak terlalu tinggi, karena memang nasabah
Bukopin disini tidak terlalu banyak,” cerita Qori.
Meski
tidak memiliki pengalaman sebagai pegawai perbankan, namun 10 jarinya
sudah sangat piawai menggunakan mesin ATM mini dan komputer
jinjingnnya. Untuk satu transaksi pembayaran rekening listrik
misalnya, ia hanya membutuhkan waktu kurang dari dua menit.
Begitu
tansaksi dilakukan sukses, mesin langsung mengeluarkan struk tagihan
pembabayaran, masyarakat langsung menyerahkan uang yang harus
dibayarkan. Ketika satu transaksi dilakukan sukses secara otomatis
saldo tabungannya akan terpotong karena sudah menerima pembayaran
dengan tunai. Namun uang kumpulan pembayaran dari masyarat itu akan
kembali diputarkan masuk kerekening dan akan kembali menjadi modal
usahanya sebagai mitra bank.
Untuk
satu kali pembayaran rekening listrik, ia menjadapatkan selisih
keuntungan berkisar Rp3.000. Artinya, jika dikalikan jumlah pengguna
listrik di desa itu, katakanlah 500 rumah, keuntungan yang didapat
cukup besar. Apalagi jika ditambah dengan transaksi lain. karena
untuk tiap transaksi yang dilakukan, selain mendapatkan selisih
keuntungan juga akan mendapatkan insentif tambahan dari bank.
“Menjadi
mitra bank seperti ini, sebetulnya insentif penghasilan yang didapat
setiap bulan tidak terlalu besar. Namun ketika dijalankan
berdampingan dengan usaha tentu bisa menjadi alternatif tambahan
penghasilan, makanya sebaiknya usaha ini tidak dijadikan usaha utama
namun hanya sebagai bentuk bisnis sampingan, sebab selain mendapatkan
keuntungan juga bisa memudahkan masyarakat,” terangnya.
Perluasan
akses masyarakat untuk mendapatkan layanan perbankan ini sudah mulai
digaungkan sejak dua tahun terakhir. Namun mayoritas bank masih sulit
merealisasikannya mengingat besarnya modal yang haruas digelontorkan,
namun nampaknya tahun ini sejumlah bank sudah memiliki alternatif
perluasan jaringan melalui program branchless banking maupun laku
pandai miliknya Otoritas Jasa Keuangan. ATM mini merupakan contoh
awal bagi bank memperluas jaringan, bermodal satu mesin kecil
pemegangnya bisa memberikan akses kepada masyarakat, tahap awal
memang baru transaksi kecil yang bisa dilayani.
Namun
bank juga sudah mulai sadar, jika memperluas bisnis melalui sistem
agensi cukup menjanjikan. Selain bisa menambah jumlah nasabah,
pendapatan dana pihak ketiga juga semakin besar. Apalagi nasabah yang
didapat dari program ini kebanyakan dari kalangan ritel dan pelaku
industri kecil.
Apa
yang sudah dilakukan oleh Ahmad Qori merupakan salah satu contoh agen
branchless banking yang cukup sukses. Masih di Kabupaten Ogan
Ilir, tepatnya di Kecamatan Tanjung Batu juga sudah dikembangkan
sistem branchless banking. Daerah ini merupakan pusat kerajinan besi
dan perak.
Mayoritas
penduduk yang berpenghasilan dari sektor perkebunan, banyak juga
pelaku usaha pengrajin besi-besian yang mengelolahnya menjadi barang
pertanian, seperti pisau, parang dan benda tajam lainnya. Tidak
kurang dari 50 rumah di desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu yang
membuka usaha pandai besi. Bisnis yang sudah dilakukan secara turun
temurun ini merupakan potensi pendapatan yang sangat potensial, sebab
di Ogan Ilir tempat tersebut merupakan satu-satunya sentra pengrajin
pandai besi.
Usuluddin,
warga Desa Limbang Jaya yang memiliki usaha pengrajin pandai besi,
merupakan salah satu orang yang paling beruntung. Sebab, sejak tahun
lalu mendapatkan kepercayaan dari Bank Mandiri untuk menjadi mitra
sekaligus agen branchless banking.
Bank
Mandiri sedikit memberikan keleluasaan kepadanya. Sebab, sebagai agen
yang baru, dirinya mendapatkan kepercayaan cukup besar. Selain bisa
melayani transaksi kecil masyarakat berupa transfer dan pembayaran
tagihan, layanan lain yang bisa diberikannya berupa pembukaan
rekening, tarik tunai dan setor tunai. Khusus untuk pembukaan
rekening, Bank Mandiri membekainya dengan produk e-Cash.
Produk
ini merupakan satu jenis tabungan yang memadukan fitur perbankan
dengan ponsel. Setiap pengguna ponsel bisa memiliki rekening Bank
Mandiri, nomor HP bisa dijadikan nomor rekening. “Sebagai agen,
juga bisa melayani transaksi lain cukup menggunakan ponsel, sejak
tahun lalu saya resmi direkrut dan dibina untuk menjadi agen Bank
Mandiri,” katanya.
Meski
saat ini transaksi yang dilakukan masyarakat masih relatif keci,
namun setidaknya dirinya mendapatkan kemudahan ketika menjalankan
bisnis. Menjadi mitra Bank Mandiri memudahkannya untuk melakukan
lalulintas transaksi pembayaran dari setiap pengiriman barang
kerajainan besi yang dijalankannya. “Transaksi yang paling sering
dilakukan disini adalah pembayaran, sesekali ada juga yang melakukan
pengiriman uang untuk anaknya sekolah di Jawa,” tutupnya. (*/tamat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar