Selasa, 25 Agustus 2015

Sulap Warung Manisan jadi Agen Bank


Penulis : Ilham - PALEMBANG

Industri perbankan kini memasuki era baru. Bisnis perbankan masih tumbuh pesat di saat ekonomi masyarakat meredup, bank diharapkan mampu menjadi perusahaan yang bisa menggerakkan ekonomi masyarakat kecil di pedesaan. Regulator perbankan mulai merancang program yang bisa memudahkan masyarakat mengakses, meski berada jauh dari perkantoran bank.
Alternatif yang diberikan melalui sistem agensi. Salah satu bentuk kemudahan yang diberikan bank adalah mendekatkan layanan perbankan kepada masyarakat pedesaan dengan memanfaatkan usaha kecil, mulai dari tukang sayur, pengusaha kecil, warung kelontong, dan manisan sebagai agen bank.
Transaksi-transaksi kecil yang rutin dilakukan masyarakat setiap bulan bisa dilakukan langsung di tempat. Di Sumsel sudah ada beberapa perbankan yang aktif menggandeng pengusaha kecil sebagai mitra agen, bank BUMN hingga bank swasta bergerilya mencari pengusaha kecil yang sudah bankable untuk dibina dan direkrut menjadi agen.
Di Desa Muara Dua, Kecamatan Pemulutan Kabupaten Ogan Ilir, merupakan satu desa yang berada hampir 35 km meter dari pusat Kota Palembang yang menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Selatan. Desa ini terletak di sepanjang aliran Sungai Ogan yang menyambung dengan induk Sungai Musi. Mayoritas masyarakat menggantungkan hidup dari hasil alam berupa persawahan tadah hujan, setiap tahun masyarakat bercocok tanam dari situlah bisa menghidupi keluarga setiap tahun.
Meski jaraknya cukup jauh dari pusat kota dan hanya menghasilkan beras dan sedikit ikan setiap tahun. Namun mayoritas masyarakat sudah kenal dengan bank, baik untuk fasilitas simpanan maupun sebagai tempat untuk pijaman modal usaha. Secara global Kecamatan Pemulutan yang memiliki 25 desa, belum ada satubank pun yang membuka layanan kantor di sini, praktis jika ada masyarakat yang membutuhkan layanan perbankan harus pergi jauh ke kota walau hanya ingin melakukan transaksi kecil semisal pembayaran rekening listrik.
Baru pada akhir 2014, Bank Bukopin yang merupakan bank swasta yang memiliki jaringan cukup luas di pusat kota memberanikan dini untuk melebarkan layanan melalui perekrutan agen. Ibarat perjudiah, Bukopin awalnya melakukan coba-coba merekrut agen, sebab di desa Muara Dua ada satu nasabah Bukopin yang cukup loyal dan memiliki usaha warung manisan.
Ahmad Qori (42), warga Desa Muara Dua yang sejak 15 tahun terakhir memiliki usaha warung manisan. Semua kebutuhan rumah tangga yang berkaitan dengan kebutuhan dapur tersedia di warung ini. Hal inilah yang membuat Bukopin tertantang untuk menjadikannya agen. Salah satu indikator awal mengapa ia berani menjadi agen Bank Bukopin karena semua masyarakat di desa itu sudah terpasang jaringan listrik, artinya setiap bulan mereka harus membayar rekening listrik. Sebelum dirinya menjadi agen bank, masyarakat harus membayar listrik ke Kota Palembang.
Dalam pondok kecil yang berukuran 4x6 meter semua janis dagangan terpasang rapi mengisi setiap sudut ruangan, makan kecil, kebutuhan rumah tangga, perelatan listrik hingga rokok dan minuman dijual diwarung ini. Meski banyak warung manisan di Desa ini, yang membedakan warung Ahmad Qiri dimeja tempat pembayaran terpasang mesin ATM Mini bermerek Bank Bukopin. Mesin kecil yang berukuran tidak lebih dari telapak tangan orang dewasan ini rupanya bisa melayani semua kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan bank. Mulai dari pembayaran, pengisian token listrik, pengisian pulsa, setor tabungan hingga transfer ke rekening lain.
Menurut Ahmad Qori, mesin kecil yang terpasang di meja pembayaran itulah yang menjadikannya agen sebagai kepangjangan tangan dari Bank Bukopin. Dengan mesin kecil itu dia dan istrinya bisa melayani kebutuhan masyarakat yang berkaitan dengan bank, apalagi dirinya sudah mengkoneksikan mesin ATM mini itu dengan sambungan komputer jadi bisa langsung melakukan transasi secara online dan real time.
“Saya sudah menjadi nasabah Bank Bukopin hampir lima tahun terakhir, dan sejak dua tahun sudah menjadi agen. Tahap awal baru pembayaran rekening listrik yang menjadi transaksi rutin dilakukan masyaralkat, ada juga pengisian token bagi pengguna listrik prabayar. Sementara untuk transaksi lain tidak terlalu tinggi, karena memang nasabah Bukopin disini tidak terlalu banyak,” cerita Qori.
Meski tidak memiliki pengalaman sebagai pegawai perbankan, namun 10 jarinya sudah sangat piawai menggunakan mesin ATM mini dan komputer jinjingnnya. Untuk satu transaksi pembayaran rekening listrik misalnya, ia hanya membutuhkan waktu kurang dari dua menit.
Begitu tansaksi dilakukan sukses, mesin langsung mengeluarkan struk tagihan pembabayaran, masyarakat langsung menyerahkan uang yang harus dibayarkan. Ketika satu transaksi dilakukan sukses secara otomatis saldo tabungannya akan terpotong karena sudah menerima pembayaran dengan tunai. Namun uang kumpulan pembayaran dari masyarat itu akan kembali diputarkan masuk kerekening dan akan kembali menjadi modal usahanya sebagai mitra bank.
Untuk satu kali pembayaran rekening listrik, ia menjadapatkan selisih keuntungan berkisar Rp3.000. Artinya, jika dikalikan jumlah pengguna listrik di desa itu, katakanlah 500 rumah, keuntungan yang didapat cukup besar. Apalagi jika ditambah dengan transaksi lain. karena untuk tiap transaksi yang dilakukan, selain mendapatkan selisih keuntungan juga akan mendapatkan insentif tambahan dari bank.
“Menjadi mitra bank seperti ini, sebetulnya insentif penghasilan yang didapat setiap bulan tidak terlalu besar. Namun ketika dijalankan berdampingan dengan usaha tentu bisa menjadi alternatif tambahan penghasilan, makanya sebaiknya usaha ini tidak dijadikan usaha utama namun hanya sebagai bentuk bisnis sampingan, sebab selain mendapatkan keuntungan juga bisa memudahkan masyarakat,” terangnya.
Perluasan akses masyarakat untuk mendapatkan layanan perbankan ini sudah mulai digaungkan sejak dua tahun terakhir. Namun mayoritas bank masih sulit merealisasikannya mengingat besarnya modal yang haruas digelontorkan, namun nampaknya tahun ini sejumlah bank sudah memiliki alternatif perluasan jaringan melalui program branchless banking maupun laku pandai miliknya Otoritas Jasa Keuangan. ATM mini merupakan contoh awal bagi bank memperluas jaringan, bermodal satu mesin kecil pemegangnya bisa memberikan akses kepada masyarakat, tahap awal memang baru transaksi kecil yang bisa dilayani.
Namun bank juga sudah mulai sadar, jika memperluas bisnis melalui sistem agensi cukup menjanjikan. Selain bisa menambah jumlah nasabah, pendapatan dana pihak ketiga juga semakin besar. Apalagi nasabah yang didapat dari program ini kebanyakan dari kalangan ritel dan pelaku industri kecil.
Apa yang sudah dilakukan oleh Ahmad Qori merupakan salah satu contoh agen branchless banking yang cukup sukses. Masih di Kabupaten Ogan Ilir, tepatnya di Kecamatan Tanjung Batu juga sudah dikembangkan sistem branchless banking. Daerah ini merupakan pusat kerajinan besi dan perak.
Mayoritas penduduk yang berpenghasilan dari sektor perkebunan, banyak juga pelaku usaha pengrajin besi-besian yang mengelolahnya menjadi barang pertanian, seperti pisau, parang dan benda tajam lainnya. Tidak kurang dari 50 rumah di desa Limbang Jaya Kecamatan Tanjung Batu yang membuka usaha pandai besi. Bisnis yang sudah dilakukan secara turun temurun ini merupakan potensi pendapatan yang sangat potensial, sebab di Ogan Ilir tempat tersebut merupakan satu-satunya sentra pengrajin pandai besi.
Usuluddin, warga Desa Limbang Jaya yang memiliki usaha pengrajin pandai besi, merupakan salah satu orang yang paling beruntung. Sebab, sejak tahun lalu mendapatkan kepercayaan dari Bank Mandiri untuk menjadi mitra sekaligus agen branchless banking.
Bank Mandiri sedikit memberikan keleluasaan kepadanya. Sebab, sebagai agen yang baru, dirinya mendapatkan kepercayaan cukup besar. Selain bisa melayani transaksi kecil masyarakat berupa transfer dan pembayaran tagihan, layanan lain yang bisa diberikannya berupa pembukaan rekening, tarik tunai dan setor tunai. Khusus untuk pembukaan rekening, Bank Mandiri membekainya dengan produk e-Cash.
Produk ini merupakan satu jenis tabungan yang memadukan fitur perbankan dengan ponsel. Setiap pengguna ponsel bisa memiliki rekening Bank Mandiri, nomor HP bisa dijadikan nomor rekening. “Sebagai agen, juga bisa melayani transaksi lain cukup menggunakan ponsel, sejak tahun lalu saya resmi direkrut dan dibina untuk menjadi agen Bank Mandiri,” katanya.
Meski saat ini transaksi yang dilakukan masyarakat masih relatif keci, namun setidaknya dirinya mendapatkan kemudahan ketika menjalankan bisnis. Menjadi mitra Bank Mandiri memudahkannya untuk melakukan lalulintas transaksi pembayaran dari setiap pengiriman barang kerajainan besi yang dijalankannya. “Transaksi yang paling sering dilakukan disini adalah pembayaran, sesekali ada juga yang melakukan pengiriman uang untuk anaknya sekolah di Jawa,” tutupnya. (*/tamat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar